Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Busana Tonaas dan Walian Wangko
Busana Tonaas memiliki ciri seperti baju kemeja yang berlengan panjang dan memiliki kerah tinggi. Untuk model bajunya lurus dan memiliki kancing serta tidak memiliki saku.
Pakaian ini memiliki warna hitam dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan di bagian leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.
Pakaian ini juga sering dipadukan dengan topi berwarna merah dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan.
Untuk pria Minahasa juga bisa mengenakan Walian Wangko namun dengan modifikasi dari baju Tonaas Wangko. Model bajunya panjang semacam jubah dengan warna putih dan hiasan corak bunga padi.
Biasanya dilengkapi dengan topi porong nimiles yang terbuat dari bahan lilitan dua buah kain berwarna merah-hitam dan kuning-emas.
Untuk busana Walian Wangko pada wanita berupa baju kebaya panjang berwarna putih atau ungu.
Pada potongan baju tidak memiliki kerah dan kancing, ketika dipakai dapat dipadukan dengan kain sarong batik berwarna gelap dan juga topi mahkota yang disebut juga dengan kronci.
Biasanya sering dilengkapi juga dengan selempang berwarna kuning atau merah, selop, kalung leher dan juga sanggul. Untuk hiasan memiliki motif bunga terompet.
Buasan Tonaas dan Wallian Wangk sering digunakan dalam acara penting dan resmi oleh semua kalangan.
Busana ini tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari oleh karena itu tidak bisa digunakan dalam sembarang kegiatan.
Sejarah Lambang Pramuka
Sosok di balik lambang pramuka adalah Soenardjo Admodipuro. Dia adalah penemu lambang tunas kelapa pada pramuka. Soenardjo Admodipuro adalah salah seorang petinggi di Departemen Pertanian sekaligus tokoh pramuka Indonesia pada tahun 1961.
Lambang ini digunakan pertama kalinya pada 14 Agustus 1961. Saat itu, Presiden Soekarno melantik anggota Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari di Istana Presiden.
Presiden Soekarno juga menganugerahi tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 tahun 1961. Hal ini diserahkannya kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejak saat itulah, setiap 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka dan tunas kelapa ditetapkan sebagai lambang dari Gerakan Pramuka Indonesia. Melalui Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 06/KN/72 tahun 1972, lambang tunas kelapa pun ditetapkan secara resmi sebagai lambang Gerakan Pramuka Indonesia.
Surat Keputusan tentang lambang Pramuka ini ditetapkan oleh Hamengku Buwono IX pada tahun 1972. Saat itu, Hamengkubuwono IX bertindak selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Busana adat Babu Nggawi
Busana Babu Nggawi merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pengantin wanita.
Pakaian ini terdiri atas Lipa Hinoru di bagian atas, Roo Mendaa di bagian bawahan. Untuk atasan yaitu Lipa Hinoru berupa blus dengan bahu yang terputus.
Untuk bawahannya yaitu Roo Mendaa berbentuk rok panjang sebatas mata kaki yang memiliki warna seperti baju atasan dan dihiasi dengan manik-manik berwarna emas pada bagian depannya.
Serta memiliki motif tradisional yaitu motif Pinetobo, motif Pinesowi, dan motif Pinerubu Mbaku.
Pakaian Adat Gorontalo
Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
Sejarah Pramuka Dunia
Sebelum Pramuka Indonesia berdiri, Gerakan Pramuka pertama kali muncul pada tahun 1907. Hal ini diprakarsai oleh Robert Baden Powell atau akrab disapa Baden Powell. Kisah ini dimulai saat Baden Powell menjabat sebagai Letnan Jenderal Tentara Inggris.
Baden Powell kala itu mengadakan perkemahan Pramuka di Brownsea, Inggris. Pengalaman berkemahnya ini dia tulis menjadi sebuah buku yang berjudul Scouting For Boys. Buku ini pun tersebar ke seluruh penjuru Inggris dan beberapa negara lain.
Setelah itu, kemudian terbentuklah organisasi Pramuka pertama. Awalnya organisasi ini hanya diikuti oleh anak laki-laki. Namun pada tahun 1912, Baden Powell dibantu adiknya, Agnes Powell, mendirikan organisasi Pramuka untuk perempuan yang diberi nama ‘Girl Guides’. Organisasi ini pun dilanjutkan oleh istri Baden Powell.
Baden Powell semakin mengembangkan organisasinya ini. Pada tahun 1961, dia membentuk organisasi Pramuka untuk usia anak-anak (Siaga) yang bernama CUB atau anak serigala. Organisasi ini juga dilengkapi dengan buku panduan berjudul The Jungle Book.
Setelah membentuk Pramuka untuk usia anak-anak, Baden Powell pun mendirikan organisasi pramuka untuk remaja. Tahun 1918, terbentuk ‘Rover Scout’, sebuah organisasi kepramukaan untuk remaja yang berusia 17 tahun.
Dua tahun berselang, tepatnya pada 30 Juli hingga 8 Agustus 1920, Baden Powell mengadakan Jambore Dunia untuk pertama kalinya. Jambore ini adalah suatu kegiatan pertemuan besar untuk para anggota Pramuka di seluruh dunia.
Jambore pertama ini dilaksanakan di Olympia Hall, London, dengan peserta yang berjumlah kurang lebih 8 ribu orang anggota. Peserta yang ikut kegiatan ini berasal dari 34 negara di seluruh dunia.
Dalam acara tersebut, Baden Powell pun akhirnya dinobatkan sebagai Chief Scount of The World atau Bapak Pandu Sedunia. Pada tahun itu pula dibentuk Dewan Internasional Oragnisasi Pramuka yang beranggotakan 9 orang.
Kini, Biro Kepramukaan putra sedunia memiliki kantor kesekretariatan di 5 negara, yakni Costa Rica, Filipina, Mesir, Swiss dan Nigeria. Sedangkan, Biro Kepramukaan putri sedunia bermarkas di Eropa, Asia Pasifik, Afrika, Arab, dan Amerika Latin.
Lambang Pramuka Indonesia adalah sebuah tunas kelapa yang berbentuk bayangan atau siluet. Lambang ini pertama kali ditemukan oleh Soenardjo Admodipuro, seorang pembina pramuka, tokoh pramuka Indonesia, dan petinggi di Departemen Pertanian Indonesia pada tahun 1961.
Lambang pramuka ini kemudian disahkan menjadi lambang Gerakan Pramuka Indonesia pada tahun 1972 melalui SK Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Tunas kelapa ini dipilih sebagai lambang Gerakan Pramuka Indonesia karena memiliki makna yang mendalam.
Terdapat setidaknya enam makna kiasan dalam lambang pramuka yang perlu #SahabatTanpaBatas ketahui. Grameds bisa membaca buku-buku mengenai pramuka yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas Gramedia selalu memberikan produk terbaik untuk Grameds.
12 Pakaian Adat Sulawesi dan Gambarnya beserta Keunikan dan Keterangannya Lengkap – Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan pesisir pantai, pegunungan, taman nasional, habitat hewan endemik, serta tradisi dan kebudayaannya.
Pakaian Adat yang ada di Pulau Sulawesi pun sangat beragam, sebab di setiap provinsinya memiliki ciri khas pakaian adatnya masing-masing.
Pakaian adat juga menjadi fungsi bagi setiap suku untuk membedakan satu suku dengan suku lainnya yang ada di Pulau Sulawesi. Tentu ada banyak sekali keunikan dari pakaian adat di setiap provinsinya.
5 Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan Beserta Makna dan Penjelasannya
Penggunaan Lambang Pramuka
Lambang pramuka, tunas kelapa, merupakan identitas organisasi yang bersifat tetap. Lambang pramuka ini pun dapat digunakan pada bendera, pandi, papan nama satuan (kwartir), seragam pramuka, tanda pengenal, dan alat administrasi gerakan pramuka, atau hal lain yang berhubungan dengan identitas gerakan pramuka Indonesia.
Penggunaan lambang ini dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk meningkatkan dan menanamkan sifat serta keadaan seperti yang tertuang dalam makna lambang tunas kelapa. Hal ini tentu ditunjukkan untuk setiap anggota gerakan pramuka.
Setiap anggota gerakan pramuka diharapkan mampu untuk mengamalkan dan mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya kepada masyarakat sekitar untuk membantu perkembangan peradaban. Sebab, generasi muda yang bergabung dalam gerakan pramuka diharapkan untuk dapat menjadi kader pembangunan negeri yang berjiwa pancasila.
Baju Koje dan Puruka Pajana
Baju Koje dan Puruka Pajana berasal dari suku Kaili dan dikenakan oleh kaum pria. Baju Koje dan Puruka Pajana memiliki dua bagian.
Untuk Koje memiliki nama lain baju Ceki, baju ini berbentuk kemeja yang memiliki lengan panjang dan kerah yang tegak agar pas di leher.
Biasanya Suku Kaili akan mengenakan pakaian ini yang dipadukan dengan bawahan atau celana yang disebut sebagai Puruka Pajana.
Bentuk dari Puruka Pajana ketat dan sebatas pada lutut namun dengan ukuran yang lebar.
Terbuat semacam itu agar memberikan ruang gerak bagi pemakainya agar lebih nyaman dan mudah duduk serta berjalan.
Biasanya pakaian ini dilengkapi dengan sarung, keris, serta aksesoris berupa destar dan penutup kepala.
Pakaian adat Suku Kaili ini bernama Nggembe dan dikenakan olleh kaum wanita.
Pakaian ini berupa busana atasan berbentuk segi empat dan dipadukan dengan blus panjang sebatas pinggang, dengan kerah bulat, dan memiliki lengan selebar kain.
Biasanya Nggembe akan dilengkapi dengan penutup dada dan hiasan payet dengan dipadukan bawahan sarung tenun Donggala.
Sarung tenun Donggala merupakan sebuah aksesoris bagian bawah yang dipadukan dengan hiasan benang emas dan pada bagian dalam disebut dengan Buya Sabe Kumbaja
10 Nama Pakaian Adat Batak Beserta Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya